Jika dulu perang hanya mengandalkan senjata konvensional seperti peluru dan bom, kini dunia menghadapi ancaman baru: senjata bioteknologi. Dengan kemajuan di bidang genetika dan biologi molekuler, potensi rekayasa organisme untuk tujuan militer semakin nyata. Pertanyaannya, apakah dunia siap menghadapi era peperangan biologis?
Apa Itu Senjata Bioteknologi?
Senjata bioteknologi adalah bentuk senjata yang menggunakan mikroorganisme hasil rekayasa genetika untuk menimbulkan penyakit, kerusakan ekosistem, atau melemahkan musuh secara strategis. Tidak seperti senjata tradisional, senjata ini bekerja diam-diam dan sulit dideteksi.
Potensi Bahaya
- Virus Rekayasa – Dapat dirancang untuk lebih mematikan atau kebal vaksin.
- Patogen Spesifik – Bisa ditargetkan ke genetik tertentu suatu populasi.
- Biohacking Ekosistem – Menghancurkan tanaman pangan atau ternak musuh.
Sejarah dan Kasus Nyata
Meski dilarang secara internasional, penggunaan senjata biologis pernah terjadi. Pada Perang Dunia II, Jepang melakukan eksperimen dengan penyebaran bakteri. Baru-baru ini, muncul kekhawatiran bahwa CRISPR-Cas9 bisa digunakan untuk menciptakan senjata biologis presisi tinggi.
Dampak Global
Senjata bioteknologi bukan hanya ancaman bagi militer, tetapi juga bagi populasi sipil. Pandemi global bisa saja dipicu oleh senjata biologis, dengan efek yang lebih menghancurkan dibanding bom nuklir karena sulit dikendalikan.
Regulasi Internasional
Perserikatan Bangsa-Bangsa sudah memiliki Konvensi Senjata Biologis (BWC) sejak 1972. Namun, pengawasan dan penegakan hukumnya masih lemah. Tanpa regulasi yang lebih ketat, risiko penyalahgunaan bioteknologi semakin tinggi.
Penutup:
Senjata bioteknologi adalah pedang bermata dua. Teknologi genetika seharusnya menyelamatkan nyawa, bukan menghilangkannya. Dunia perlu kerja sama internasional untuk memastikan bioteknologi digunakan demi kemanusiaan, bukan peperangan.